Tradisi Grebeg Besar ini digelar oleh Keraton Yogyakarta untuk memperingati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah pada kalender Islam. Kata grebeg atau garebeg sendiri berasal dari kata gumrebeg dengan filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai yang merujuk pada deru angin atau keramaian orang saat berlangsungnya tradisi tersebut.
Tradisi ini identik dengan kirab gunungan berisi hasil tani yang akan diarak mulai dari Keraton Jogja hingga Masjid Gede Kauman. Gunungan tersebut akan dibagi di tiga tempat yang berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro.
Dalam kirab, gunungan-gunungan tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang mengenakan pakain khusus, yakni baju dan peci berwarna merah marun, kain batik biru tua bermotif lingkaran putih dengan gambar bunga di tengahnya.
Warga yang ikut menonton nantinya akan berebut hasil tani yang diarak. Jika berhasil, warga dipercaya akan mendapatkan berkah atau rejeki.***
0 comments